Sabtu, 11 November 2017

AKTIVITAS ENZIM AMILASE



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN 
Aktivitas Enzim Amilase
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang Diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 1






Ibnu Aljawami
(15541006)
Sri Devi Agustin
(15542003)
Astrid Novita Sari
(15541008)
Eka Kartika
(15542010)
Nidha Handa R.A
(15542013)
Anisa Almuawiyah
(15542025)
Tita Rosmawati
(15542028)
Sintia Pratiwi
(14542005)
Kelas 3-A dan 4-B
 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2017

A.               JUDUL PRAKTIKUM

  Aktivitas Enzim Amilase

B.                TUJUAN PRAKTIKUM

 Untuk mengetahui pengaruh temperature (suhu) terhadap aktivitas kerja enzim amilase

C.                ALAT DAN BAHAN

a.      Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

No
Nama Alat
Gambar
Fungsi
1
Gelas Kimia

Sebagai tempat untuk mereaksikan zat yang diisi dengan air.
2
Pipet Tetes

Untuk mengambil cairan sedikit demi sedikit
3
Spatula

Untuk mengaduk larutan agar tercampur secara homogen
4
Bunsen Spirtus

Untuk mendidihkan air yang ada pada gelas kimia
5
Kasa Asbes

Sebagai alas saat mendidihkan air sawah
6
Gunting

Untuk menggunting label (nama) pada gelas kimia dan tabung reaksi agar tidak tertukar
7
Gelas Ukur

Untuk mengukur larutan yang akan dimasukkan direaksikan
8.
Karet

Untuk mengikat kain kasa pada gelas kimia pada saat pengambilan urine
9.
Kaki Tiga

Berperan pada saat medidihkan air
10.
Corong gelas

Untuk memasukkan larutan ke dalam lubang yang kecil
11.
Penjepit kayu

Untuk menjepit tabung reaksi pada saat proses pemanasan untuk dimasukkan zat
12.
Termometer

Untuk mengukur suhu air
13.
Gasolin

Untuk menyalakan Bunsen spirtus
16.
Tissue

Untuk membersihkan objek glass dan cover glass
17.
Kamera HP

Untuk mendokumentasikan Praktikum
      b. Bahan
             Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 
No
Nama Bahan
Gambar
Fungsi
1.
Larutan Lugol


Sebagai pereaksi untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat pada suatu zat.
2.
Larutan Benedict

Sebagai pereaksi untuk mengetahui adanya kandungan gula pereduksi pada suatu zat.
3.
Larutan Amilum

Sebagai larutan yang berfungsi sebagi polisakarida
4.
Air

Sebagai media untuk mereaksikan zat.
5.
Air Ludah
(Saliva)

Sebagai bahan yang akan diteliti kandungan enzim amilase.

 IV. LANGKAH KERJA
         Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah: 

  1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum 
  2. Menyiapkan gelas kimia ukuran 100 mL kemudian menutupnya dengan kain kasa sambil diikat dengan karet agar tidak lepas.
  3. Mengumpulkan saliva sebanyak 40 ml ke dalam gelas kimia yang telah ditutup dengan kain kasa. Kain kasa ini berfungsi sebagai penyaring air ludah agar tidak menggumpal.
  4. Menyediakan kaki tiga dan bunsen 2 buah , lalu panaskan air di gelas erlemeyer  sebanyak 2 buah yang bertanda pyrex sebanyak 500 ml yang satu dengan suhu 36-37°C dan yang stunya lagi dengan suhu 70°C, dan 1 buah tidak dipanaskan 
  5.  Memasukan larutan amilum (air tepung) ke dalam 6 tabung reaksi sebanyak 5 mL   
  6. Tabung reaksi yang telah diisi 5 ml amilum disimpan selama 10 menit
  7. Memisahkan ke enam tabung reaksi kedalam 3 kategori suhu, yaitu 2 tabung disimpan pada suhu normal (20-24°C) ,   2 tabung disimpan pada suhu 36°C - 37°C, dan  2 tabung disimpan pada suhu > 70°C 
  8. Meneteskan saliva atau air ludah kedalam masing-masing tabung sebanyak 15 tetes 
  9. Meneteskan 2 tetes benedict ke dalam masing-masing tabung reaksi. tabung reaksi tidak boleh dikeluarkan dan menjaga masing-masing penangas air agar tetap konstant. 
  10. Mengamati perubahan yang terjadi setiap 5 menit sekali sampai 5 kali pengulangan Setiap interval satu menit Selama 5 menit sekali berikan 2 tetes benedict sampai berubah warna atau terjadi reaksi dan amati mana saja perlakuan yang membuat enzim menjadi mengalami akhromatis.
  11.  Membandingkan hasil dari masing-masing tabung reaksi dalam percobaan.
 E..   HASIL DAN PENGAMATAN
      a. Hasil Pengamatan
          1. Tabel Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Reagen Lugol

Tabel 1.

No
Waktu (menit)
Perubahan warna
24°C
36-37°C
>70°C
1
Sebelum 5 menit
Ungu (++)
Ungu (+)
Putih (++)
(Denaturasi)
2
I
Ungu (++)
Ungu (+)
Putih (++)
(Denaturasi)
3
II
Ungu (+++)
Ungu (+)
Putih (++)
(Denaturasi)
4
III
Ungu (+++)
Putih (++)
(Achromatis)
Putih (++)
(Denaturasi)
5
IV
Ungu (+)
Putih (++)
(Achromatis)
Putih (+++)
(Denaturasi)
6
V
Ungu (+)
Putih (++)
(Achromatis)
Putih (+++)
(Denaturasi)

       Keterangan:
  1. ++++  : Sangat Pekat
  2. ++   : Pekat 
  3. ++      : Cukup Pekat 
  4.  +        : Pudar
 2. Tabel Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Reagen Benedict

Tabel 2.

No
Waktu (menit)
Perubahan warna
20-24°C
36-37°C
>70°C
1.
Sebelum 5 menit
Biru (++)
Biru (+)
Putih (++)
2
I
Biru (++)
Biru (++)
Kuning (+)
3
II
Biru (++)
Biru (++)
Kuning (+++)
4
III
Biru (++)
Biru (++)
Kuning (+++)
5
IV
Biru (++)
Biru (++)
Kuning (++++)
6
V
Biru (+)
Biru (+)
Kuning (++++)
      Keterangan:
  1. ++++  : Sangat Pekat
  2. ++   : Pekat 
  3. ++      : Cukup Pekat 
  4.  +        : Pudar
2. Pembahasan
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel.
Amilase merupakan kelompok enzim yang berperan dalam mengkatalisis karbohidrat kompleks berupa amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Istilah amilase diambil dari nama substratnya yaitu amilum dan diakhiri dengan sufiks –ase yang merupakan ciri khas nama enzim. Enzim amilase memiliki peranan penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ – organ pencernaan untuk membantu mengkatalisis pemecahan senyawa makanan secara kimiawi.

         Struktur Enzim Amilase
       Enzim amylase termasuk golongan enzim hydrolase.Enzim amylase adalah enzim yang mempunyai aktivitas memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltose.  
          Kelenjar liur atau saliva mensekretkan ludah yang mengandung enzim amylase atau yang lebih dikenal sebagai ptyalin. Sementara kelenjar pankreas mensintesis enzim amylase yang disekresikan melalui dinding usus dua belas jari (duodenum).Amilase dikenal sebagai enzim pemecah karbohidrat. Keberadaan enzim amilase di dalam tubuh diketahui ternyata terdapat dalam berbagai ragam.
Air liur atau air ludah dalam bahasa ilmiah dikenal dengan Saliva adalah cairan bening yang dihasilkan oleh manusia dan beberapa jenis hewan.Sebagian besar air liur adalah air, tetapi juga mengandung elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium), bakteri, virus, jamur, sekresi dari hidung dan paru-paru, sel-sel dari lapisan mulut dan sekitar 500 protein. Pada air liur atau ludah ini juga terkandung Mukosa yang mengandung Mukopolisakarida dan Glikoprotein, senyawa antibakteri dan beberapa macam enzim.
Air liur atau air ludah dalam bahasa ilmiah dikenal dengan Saliva adalah cairan bening yang dihasilkan oleh manusia dan beberapa jenis hewan.Sebagian besar air liur adalah air, tetapi juga mengandung elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium), bakteri, virus, jamur, sekresi dari hidung dan paru-paru, sel-sel dari lapisan mulut dan sekitar 500 protein. Pada air liur atau ludah ini juga terkandung Mukosa yang mengandung Mukopolisakarida dan Glikoprotein, senyawa antibakteri dan beberapa macam enzim.
Enzim dan suhu dapat bekerja sama untuk memungkinkan sesuatu, reaksi yang diperlukan untuk terjadi lebih cepat dari seharusnya tanpa kehadiran enzim. Dengan meningkatnya suhu, enzim dan substrat – nama yang diberikan untuk reaktan dalam reaksi enzim – bertumbukan lebih sering sehingga enzim memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengkatalisis reaksi. Fenomena ini meningkat sampai suhu optimum tercapai. Kenaikan suhu lebih lanjut akan mengubah sifat enzim dan membuat mereka tidak berguna untuk mengkatalisis reaksi. Pada suhu rendah, tidak ada energi yang cukup untuk reaksi berlangsung, dan enzim tidak mampu untuk melakukan pekerjaan mereka.
Untuk reaksi berlangsung, reaktan harus bertumbukan dengan energi yang cukup bagi mereka untuk memutuskan ikatan dan membuat yang baru. Ini disebut energi aktivasi. Sementara enzim mengurangi jumlah energi aktivasi yang diperlukan untuk reaksi berlangsung, sejumlah energi yang masih diperlukan. Energi kinetik, energi molekul dimiliki karena geraknya, dapat meningkat dengan kenaikan suhu. Ini adalah salah satu alasan utama ada hubungan antara enzim dan suhu.

Sebuah hubungan antara enzim dan suhu juga ada ketika masuk pada suhu yang lebih rendah. Dengan suhu rendah, substrat dan enzim tidak memiliki banyak energi kinetik. Bahkan jika mereka berbenturan, mungkin tidak ada cukup energi untuk reaksi berlangsung. Dengan demikian, pada suhu relatif rendah, enzim tidak dapat melakukan pekerjaan mereka. Ini adalah salah satu alasan tubuh manusia berusaha untuk tetap dalam suhu tertentu: terlalu panas protein dan, termasuk enzim, akan terdenaturasi, reaksi terlalu dingin dan enzim berlangsung terlalu lambat.
Ketika peningkatan suhu, enzim dan substrat bertabrakan dan berinteraksi lebih dan lebih. Ini berarti bahwa dengan meningkatnya suhu, reaksi enzim terjadi lebih cepat. Bahkan, peningkatan aktivitas enzim dan meningkatkan temperatur memiliki korelasi hampir linier. Fenomena ini terus berlanjut sampai suhu optimum tercapai untuk enzim. Pada suhu ini, reaksi enzim adalah berjalan secepat mungkin.

Warna akromatik enzim adalah kombinasi antara warna yang gelap dan terang. Akromatik berasal dari kata a adalah tidak dan chromatic adalah warna.contoh warna akromatik adalah perpaduan yang mengutamakan warna hitam, putih, dan abu-abu.
Pada praktikum yang telah kelompok kami lakukan yaitu uji enzim amylase melalui air ludah atau saliva yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap aktivitas enzim amylase pada air ludah (Saliva). Uji ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan yang berbeda-beda, yang pertama pada suhu normal (20-24°C), pada suhu Diatur (36-37°C) dan pada suhu  >70°C.
Tabel 3.
No
Temperatur
Perlakuan
Gambar
Hasil Pengamatan
1.
Normal
(20-24°C)
Tabung reaksi diisi tepung amilum sebanyak 5 mL
Didiamkan selama 5 menit, kemudian ditetesi saliva15 tetes dan benedict 2 tetes.
( 5 menit pertama)


Lugol :
ungu (cukup pekat)
Benedict :
Biru (cukup pekat)
Diamkan selama 5 menit
(5 menit kedua)


Lugol :
Ungu (pekat)
Benedict :
Biru (cukup pekat)
Kemudian teteskan kembali benedict 2 tetes dan lugol 2 tetes diamkan selama 5 menit
(5 menit ke tiga )


Lugol :
Ungu (pekat)
Benedict :
Biru (cukup pekat)
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke 4
(5 menit ke empat)


Lugol :
Ungu (pudar)
Benedict :
Biru (pudar)
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke 5
(5 menit ke lima)


Lugol :
Ungu (pudar)
Benedict :
Biru (pudar)


            Pada suhu normal 20-24o C, diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama yang berisi campuran amilum dan air ludah (air saliva), dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes reagen lugol.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu cukup pekat,pada interval kedua terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pekat, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pekat, pada interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pudar, pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pudar.(Setiap interval diberi 2 tetes reagen lugol).
            Sedangkan pada tabung reaksi kedua yang berisi campuran amilum dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes reagen benedict.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat, pada interval kedua terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru pudar, .(Setiap interval diberi 2 tetes reagen benedict).
Pada suhu 20- 24°C, larutan amilum yang diberi air ludah (saliva) dan larutan lugol berubah warna dari larutan yang berwana putih menjadi warna ungu  sebagian memunculkan warna ungu, dan adanya endapan yang tidak terlalu pekat. Sedangkan larutan yang diberi larutan benedict berubah warna dari putih menjadi biru, dan adanya endapan, hasil akhir ini yaitu tidak berubahnya warna tetapi warna biru cukup pekat pada larutan ini memudar.
Tabel 4. 

No
Temperatur
Perlakuan
Gambar
Hasil Pengamatan
2.
Diatur
(36-37 °C)
Tabung reaksi diisi tepung amilum sebanyak 5 mL
Didiamkan selama 10 menit, kemudian ditetesi saliva15 tetes dan benedict 2 tetes dan lugol 2 tetes.
(menit pertama)


Lugol :
Ungu (pudar)
Benedict :
Biru (cukup pekat)
Diamkan selama 5 menit
(Menit ke 2)


Lugol :
ungu (pudar)
Benedict :
Biru (cukup pekat)
Kemudian teteskan kembali benedict 2 tetes dan diamkan selama 5 menit
(menit ke 3)               


Lugol :
Putih achromatis (cukup pekat)
Benedict :
Biru (cukup pekat)
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke 4
(menit ke 4)


Lugol :
Putih achromatis (cukup pekat)
Benedict :
Biru (cukup pekat)
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke 5
(menit ke 5)



Lugol :
Putih achromatis (cukup pekat)
Benedict :
Biru (pudar)



Pada suhu diatur 36-37o C,diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama yang berisi campuran amilum dan air ludah (saliva), dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes reagen lugol.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pudar, pada interval kedua terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pudar, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya peristiwa achromatois pada enzim dengan kata lain enzim telah kehilangan fungsinya, pada interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya peristiwa achromatois pada enzim dengan kata lain enzim telah kehilangan fungsinya, pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya peristiwa achromatois pada enzim dengan kata lain enzim telah kehilangan fungsinya.(Setiap interval diberi 2 tetes reagen lugol). 
Sedangkan pada tabung reaksi kedua yang berisi campuran amilum dan air ludah (saliva), dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes lugol.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval kedua terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru pudar. .(Setiap interval diberi 2 tetes reagen lugol).
           Pada suhu 36-37°C, larutan amilum yang diberi air ludah (saliva) dan reagen lugol berubah warna dari larutan yang berwana putih menjadi warna kuning dan sebagian memunculkan warna ungu, dan adanya endapan yang tidak terlalu pekat. Setelah beberapa menit kemudian warna ungu pada larutan tersebut hilang, berarti telah terjadi titik achromatis dimana enzim sudah tidak bekerja lagi. Sedangkan larutan yang diberi larutan benedict berubah warna dari putih menjadi biru, dan adanya endapan, hasil akhir ini yaitu tidak berubahnya warna tetapi warna biru pada larutan ini memudar.
Tabel 5. 

No
Temperatur
Perlakuan
Gambar
Hasil Pengamatan
3.
>70oC
Panas

Tabung reaksi diisi tepung amilum sebanyak 5 mL
Didiamkan selama 10 menit, kemudian ditetesi saliva15 tetes dan benedict 2 tetes dan lugol 2 tetes.
(menit pertama)


Lugol :
Putih ( cukup pekat)
Benedict :
Putih (cukup pekat)
Diamkan selama 5 menit
(menit ke dua)


Lugol :
Putih (cukup pekat)
Benedict :
Kuning (cukup pekat)
Kemudian teteskan kembali benedict 2 tetes dan diamkan selama 5 menit
(menit ke tiga)


Lugol :
Putih (cukup pekat)
Benedict :
Kuning ( pekat
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke 10
(menit ke empat)


Lugol :
Putih (pekat)
Benedict :
Kuning (pekat)
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke 5
(menit ke lima)


Lugol :
Putih (pekat)
Benedict :
Kuning (pekat)


Pada suhu > 70oC diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama yang berisi campuran amilum dan air ludah (air saliva), dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes lugol.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian apoenzim, pada interval kedua terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian apoenzim, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian apoenzim,pada interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih pekat hal ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian apoenzim, pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih pekat hal ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian apoenzim. (Setiap interval diberi 2 tetes lugol).
Sedangkan pada suhu panas > 70oC diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama yang berisi campuran amilum dan air ludah (saliva), dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes reagen benedict.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning pudar,pada interval kedua terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning pekat, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning pekat, pada interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning sangat pekat, pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning sangat pekat. .(Setiap interval diberi 2 tetes reagen benedict).
          Pada suhu >70°C, cairan tidak mengalami perubahan warna pada larutan yang diberi reagen lugol hal ini disebabkan karena ezim telah terdenaturasi sehingga tidak terjadi reaksi kimia. Komponen protein penyusun enzim akan sangat menentukan sifat enzim. Salah satu sifat dari protein adalah tidak tahan terhadap panas (termolabil). Apoenzim bersifat termolabil. Oleh karena itu, enzim akan rusak jika terkena panas atau suhu yang tinggi. Kerusakan enzim akibat suhu tersebut dinamakan denaturasi. Pada suhu di atas 50 °C enzim akan mengalami denaturasi. Enzim yang telah rusak menyebabkan aktivitas atau fungsi enzim hilang. Denaturasi bersifat irreversibel. Walaupun suhunya diturunkan atau dinormalkan, enzim yang rusak tidak akan dapat berfungsi kembali.
           Pada uji benedict larutan berubah warna dari lapisan atas berwarna kuning pekat dan lapisan bawah berwarna hijau awalnya, selanjutnya menguning dan terdapat gumpalan yang berwarna coklat seperti yang terlihat pada gambar di data hasil pengamatan.  Pada salah satu referensi dijelaskan pula bahwa pada uji benedict warna tidak begitu memperlihatkan perubahan namun ditemukan butiran-butiran putih dari menit ke menit pada setiap suhu, maka hal ini sesuai dengan teori bahwa ini menandakan adanya proses hidrolisis maltosa menjadi dua molekul glukosa. Proses pemanasan mempercepat hidrolisis maltosa menjadi glukosa.
F.  KESIMPULAN DAN SARAN
     1. Kesimpulan
               Pada percobaan aktivitas enzim amilase yang diberi 2 tetes lugol dan 2 tetes benedict setiap 5x5 menit (setiap 5 menit di tetesi lugol dan benedict) dan diberikan tiga perlakuan yaitu pada suhu kamar (20ÂşC-24ÂşC), suhu normal tubuh (36ÂşC-37ÂşC) dan suhu lebih dari 70ÂşC dapat disimpulkan bahwa temperatur berpengaruh pada aktivitas kerja enzim amilase. Pada saliva yang di tetesi benedict tidak terjadi akromatis di semua perlakuan selama 5x5 menit. Sedangkan pada larutan yang ditetesi lugol terjadi perubahan warna. Pengaruh yang terjadi di tunjukan dengan adanya peristiwa akromatis warna antara lain :
1.      Suhu (20ÂşC-24ÂşC)
:
aktivitas kerja enzim berada pada kondisi tidak optimal atau berkurang, ditandai dengan tidak terjadinya akromatis pada saliva yang ditetesi lugol. Sedangkan pada saliva yang ditetesi reagen benedict tidak terjadi peristiwa akromatis
2.      Suhu (36ÂşC-37ÂşC)
:
aktivitas kerja enzim berada pada kondisi optimal, ditandai dengan terjadinya akromatis pada saliva yang di tetesi lugol di 5 menit ke tiga.Sedangkan pada saliva yang ditetesi reagen benedict tidak terjadi peristiwa akromatis
3.      Suhu > 70ÂşC
:
aktivitas kerja enzim tidak optimal atau rusak, ditandai dengan terjadinya denaturasi pada saliva yang di tetesi lugol di menit pertama.Sedangkan pada saliva yang ditetesi reagen benedict tidak terjadi peristiwa akromatis
               2.  Saran
                Dalam kegiatan praktikum selanjutnya diharapkan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dan ditunjang dengan peralatan yang lengkap demi optimalnya kegiatan praktikum yang dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA

DosenBiologi.com.2015.5 Fungsi Enzim Amilase.Alamat Website :https://dosenbiologi.com/manusia/fungsi-enzim-amilase.8 November 2017
Aha BlogWeb. Biologi.com.2016.Pengertian,Fungsi,Karakteristik,Struktur,danMacam-macam Enzim.Alamat Website :http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Fungsi-Karakteristik-Struktur-dan-Macam-Macam-Enzim-adalah.html.8 November 2017
eBiologi.com.2016.Cara Kerja Enzim Menurut Teori Lock and Key dan Induced Fit.Aalamat Website :http://www.ebiologi.com/2016/01/cara-kerja-enzim-menurut-teori-lock-and.html.8 November 2017
rhizaamaliafanaidie.2015.Enzim Amilase.Alamat Website :http://rhizaamaliafanaidie..com/2015/10/enzim-amilase.html?m=1.8 November 2017
Sridanti.Com.2013.Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Enzim.Alamat Website :http://www.sridianti.com/pengaruh-suhu-pada-aktivitas-enzim.html.8 November 2017

  

LAMPIRAN
a. Lampiran Video
Video 1 .

Video 2.

Video 3.
 b. Lampiran Gambar



Gelas kimia yang telah dimasukkan aquades dengan keadaan suhu yang normal dengan temperature 20-24 ÂşC

Gelas kimia yang telah dimasukkan aquades dengan keadaan dengan temperature  20-24ÂşC
Gelas kimia yang telah dimasukkan aquades dengan keadaan suhu yang panas dengan temperature lebih dari 70ÂşC
Enam tabung reaksi yang telah di siapkan dan yang telah di masukan larutan amilum sebanyak 5 mL
Larutan yang bersuhu normal pada saat di diamkan
Pada saat proses pemanasan
Saat air ludah di masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 15 tetes
Saat larutan amilum yang telah di masukkan air ludah kemudian di berikan larutan lugol dan benedict sebanyak 2 tetes pada saat lima menit ke dua.
Saat proses pengukuran suhu yang diatur 36-37 ÂşC
Pemberian lugol dan benedict pada suhu panas  > 70 ÂşC
Pada saat dimasukkannya tabung reaksi ke dalam air di gelas kimia
Pada saat penambahan lugol  dan benedict pada suhu yang diatur
Pada saat proses pemanasan suhu > 70
Hasil akhir pada lima menit ke lima dengan suhu lebih dari 70 70 ÂşC
Pada saat dimasukkannya tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang telah dipanaskan pada suhu >70 ÂşC
Hasil akhir pada lima menit ke lima dengan suhu lebih dari 70 derajat Celcius






































































 

  











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BISMILLAH LAPORAN KULAP UPI BANDUNG

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN  KULIAH LAPANGAN UPI BANDUNG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi...