LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
HEWAN
Aktivitas Enzim Amilase
Aktivitas Enzim Amilase
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang Diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd
Disusun
oleh:
Kelompok
1
Ibnu Aljawami
|
(15541006)
|
Sri Devi Agustin
|
(15542003)
|
Astrid Novita Sari
|
(15541008)
|
Eka Kartika
|
(15542010)
|
Nidha Handa R.A
|
(15542013)
|
Anisa Almuawiyah
|
(15542025)
|
Tita Rosmawati
|
(15542028)
|
Sintia Pratiwi
|
(14542005)
|
Kelas
3-A dan 4-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2017
A. JUDUL PRAKTIKUM
Aktivitas Enzim Amilase
B.
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui
pengaruh temperature (suhu) terhadap aktivitas kerja enzim amilase
C.
ALAT DAN BAHAN
a.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah sebagai berikut:
No
|
Nama
Alat
|
Gambar
|
Fungsi
|
1
|
Gelas
Kimia
|
Sebagai tempat untuk mereaksikan zat
yang diisi dengan air.
|
|
2
|
Pipet
Tetes
|
Untuk mengambil cairan sedikit demi
sedikit
|
|
3
|
Spatula
|
Untuk mengaduk larutan agar tercampur
secara homogen
|
|
4
|
Bunsen
Spirtus
|
Untuk mendidihkan air yang ada pada
gelas kimia
|
|
5
|
Kasa
Asbes
|
Sebagai alas saat mendidihkan air
sawah
|
|
6
|
Gunting
|
Untuk menggunting label (nama) pada
gelas kimia dan tabung reaksi agar tidak tertukar
|
|
7
|
Gelas
Ukur
|
Untuk mengukur larutan yang akan
dimasukkan direaksikan
|
|
8.
|
Karet
|
Untuk mengikat kain kasa pada gelas
kimia pada saat pengambilan urine
|
|
9.
|
Kaki
Tiga
|
Berperan pada saat medidihkan air
|
|
10.
|
Corong
gelas
|
Untuk memasukkan larutan ke dalam
lubang yang kecil
|
|
11.
|
Penjepit
kayu
|
Untuk menjepit tabung reaksi pada saat
proses pemanasan untuk dimasukkan zat
|
|
12.
|
Termometer
|
Untuk mengukur suhu air
|
|
13.
|
Gasolin
|
Untuk menyalakan Bunsen spirtus
|
|
16.
|
Tissue
|
Untuk membersihkan objek glass dan
cover glass
|
|
17.
|
Kamera
HP
|
Untuk mendokumentasikan Praktikum
|
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
|
Nama
Bahan
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Larutan
Lugol
|
Sebagai pereaksi untuk mengetahui
adanya kandungan karbohidrat pada suatu zat.
|
|
2.
|
Larutan
Benedict
|
Sebagai pereaksi untuk mengetahui
adanya kandungan gula pereduksi pada suatu zat.
|
|
3.
|
Larutan
Amilum
|
Sebagai larutan yang berfungsi sebagi
polisakarida
|
|
4.
|
Air
|
Sebagai media untuk mereaksikan zat. | |
5.
|
Air
Ludah
(Saliva)
|
Sebagai bahan yang akan diteliti
kandungan enzim amilase.
|
IV. LANGKAH KERJA
Adapun
langkah kerja dari praktikum ini adalah:
- Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
- Menyiapkan gelas kimia ukuran 100 mL kemudian menutupnya dengan kain kasa sambil diikat dengan karet agar tidak lepas.
- Mengumpulkan saliva sebanyak 40 ml ke dalam gelas kimia yang telah ditutup dengan kain kasa. Kain kasa ini berfungsi sebagai penyaring air ludah agar tidak menggumpal.
- Menyediakan kaki tiga dan bunsen 2 buah , lalu panaskan air di gelas erlemeyer sebanyak 2 buah yang bertanda pyrex sebanyak 500 ml yang satu dengan suhu 36-37°C dan yang stunya lagi dengan suhu 70°C, dan 1 buah tidak dipanaskan
- Memasukan larutan amilum (air tepung) ke dalam 6 tabung reaksi sebanyak 5 mL
- Tabung reaksi yang telah diisi 5 ml amilum disimpan selama 10 menit
- Memisahkan ke enam tabung reaksi kedalam 3 kategori suhu, yaitu 2 tabung disimpan pada suhu normal (20-24°C) , 2 tabung disimpan pada suhu 36°C - 37°C, dan 2 tabung disimpan pada suhu > 70°C
- Meneteskan saliva atau air ludah kedalam masing-masing tabung sebanyak 15 tetes
- Meneteskan 2 tetes benedict ke dalam masing-masing tabung reaksi. tabung reaksi tidak boleh dikeluarkan dan menjaga masing-masing penangas air agar tetap konstant.
- Mengamati perubahan yang terjadi setiap 5 menit sekali sampai 5 kali pengulangan Setiap interval satu menit Selama 5 menit sekali berikan 2 tetes benedict sampai berubah warna atau terjadi reaksi dan amati mana saja perlakuan yang membuat enzim menjadi mengalami akhromatis.
- Membandingkan hasil dari masing-masing tabung reaksi dalam percobaan.
E..
HASIL DAN PENGAMATAN
a. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Reagen Lugol
Tabel 1.
No
|
Waktu (menit)
|
Perubahan warna
|
||
24°C
|
36-37°C
|
>70°C
|
||
1
|
Sebelum
5 menit
|
Ungu (++)
|
Ungu (+)
|
Putih (++)
(Denaturasi) |
2
|
I
|
Ungu (++)
|
Ungu (+)
|
Putih (++)
(Denaturasi) |
3
|
II
|
Ungu (+++)
|
Ungu (+)
|
Putih (++)
(Denaturasi) |
4
|
III
|
Ungu (+++)
|
Putih (++)
(Achromatis)
|
Putih (++)
(Denaturasi) |
5
|
IV
|
Ungu (+)
|
Putih (++)
(Achromatis)
|
Putih (+++)
(Denaturasi) |
6
|
V
|
Ungu (+)
|
Putih (++)
(Achromatis)
|
Putih (+++)
(Denaturasi)
|
Keterangan:
- ++++ : Sangat Pekat
- + ++ : Pekat
- ++ : Cukup Pekat
- + : Pudar
2. Tabel Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Reagen Benedict
Tabel 2.
No
|
Waktu (menit)
|
Perubahan warna
|
||
20-24°C
|
36-37°C
|
>70°C
|
||
1.
|
Sebelum
5 menit
|
Biru (++)
|
Biru (+)
|
Putih (++)
|
2
|
I
|
Biru (++)
|
Biru (++)
|
Kuning (+)
|
3
|
II
|
Biru (++)
|
Biru (++)
|
Kuning (+++)
|
4
|
III
|
Biru (++)
|
Biru (++)
|
Kuning (+++)
|
5
|
IV
|
Biru (++)
|
Biru (++)
|
Kuning (++++)
|
6
|
V
|
Biru (+)
|
Biru (+)
|
Kuning (++++)
|
Keterangan:
- ++++ : Sangat Pekat
- + ++ : Pekat
- ++ : Cukup Pekat
- + : Pudar
2.
Pembahasan
Enzim
adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan
mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang terjadi dalam
sel maupun di luar sel.
Amilase merupakan kelompok enzim yang berperan dalam mengkatalisis karbohidrat kompleks berupa amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Istilah amilase diambil dari nama substratnya yaitu amilum dan diakhiri dengan sufiks –ase yang merupakan ciri khas nama enzim. Enzim amilase memiliki peranan penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ – organ pencernaan untuk membantu mengkatalisis pemecahan senyawa makanan secara kimiawi.
Amilase merupakan kelompok enzim yang berperan dalam mengkatalisis karbohidrat kompleks berupa amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Istilah amilase diambil dari nama substratnya yaitu amilum dan diakhiri dengan sufiks –ase yang merupakan ciri khas nama enzim. Enzim amilase memiliki peranan penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ – organ pencernaan untuk membantu mengkatalisis pemecahan senyawa makanan secara kimiawi.
Struktur Enzim Amilase
Enzim
amylase termasuk golongan enzim hydrolase.Enzim amylase adalah enzim yang
mempunyai aktivitas memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltose.
Kelenjar liur atau
saliva mensekretkan ludah yang mengandung enzim amylase atau yang lebih dikenal
sebagai ptyalin. Sementara kelenjar pankreas mensintesis enzim amylase yang
disekresikan melalui dinding usus dua belas jari (duodenum).Amilase dikenal
sebagai enzim pemecah karbohidrat. Keberadaan enzim amilase di dalam tubuh
diketahui ternyata terdapat dalam berbagai ragam.
Air
liur atau air ludah dalam bahasa ilmiah dikenal dengan Saliva adalah cairan
bening yang dihasilkan oleh manusia dan beberapa jenis hewan.Sebagian besar air
liur adalah air, tetapi juga mengandung elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium,
Magnesium), bakteri, virus, jamur, sekresi dari hidung dan paru-paru, sel-sel
dari lapisan mulut dan sekitar 500 protein. Pada air liur atau ludah ini juga
terkandung Mukosa yang mengandung Mukopolisakarida dan Glikoprotein, senyawa
antibakteri dan beberapa macam enzim.
Air
liur atau air ludah dalam bahasa ilmiah dikenal dengan Saliva adalah cairan
bening yang dihasilkan oleh manusia dan beberapa jenis hewan.Sebagian besar air
liur adalah air, tetapi juga mengandung elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium,
Magnesium), bakteri, virus, jamur, sekresi dari hidung dan paru-paru, sel-sel
dari lapisan mulut dan sekitar 500 protein. Pada air liur atau ludah ini juga
terkandung Mukosa yang mengandung Mukopolisakarida dan Glikoprotein, senyawa
antibakteri dan beberapa macam enzim.
Enzim
dan suhu dapat bekerja sama untuk memungkinkan sesuatu, reaksi yang diperlukan
untuk terjadi lebih cepat dari seharusnya tanpa kehadiran enzim. Dengan
meningkatnya suhu, enzim dan substrat – nama yang diberikan untuk reaktan dalam
reaksi enzim – bertumbukan lebih sering sehingga enzim memiliki lebih banyak
kesempatan untuk mengkatalisis reaksi. Fenomena ini meningkat sampai suhu
optimum tercapai. Kenaikan
suhu lebih lanjut akan mengubah sifat enzim dan membuat mereka tidak berguna
untuk mengkatalisis reaksi. Pada suhu rendah, tidak ada energi yang cukup untuk
reaksi berlangsung, dan enzim tidak mampu untuk melakukan pekerjaan mereka.
Untuk
reaksi berlangsung, reaktan harus bertumbukan dengan energi yang cukup bagi
mereka untuk memutuskan ikatan dan membuat yang baru. Ini disebut energi
aktivasi. Sementara enzim mengurangi jumlah energi aktivasi yang diperlukan
untuk reaksi berlangsung, sejumlah energi yang masih diperlukan. Energi
kinetik, energi molekul dimiliki karena geraknya, dapat meningkat dengan
kenaikan suhu. Ini adalah salah satu alasan utama ada hubungan antara enzim dan
suhu.
Sebuah
hubungan antara enzim dan suhu juga ada ketika masuk pada suhu yang lebih
rendah. Dengan suhu rendah, substrat dan enzim tidak memiliki banyak energi
kinetik. Bahkan jika mereka berbenturan, mungkin tidak ada cukup energi untuk
reaksi berlangsung. Dengan demikian, pada suhu relatif rendah, enzim tidak
dapat melakukan pekerjaan mereka. Ini adalah salah satu alasan tubuh manusia
berusaha untuk tetap dalam suhu tertentu: terlalu panas protein dan, termasuk
enzim, akan terdenaturasi, reaksi terlalu dingin dan enzim berlangsung terlalu
lambat.
Ketika peningkatan suhu, enzim dan substrat bertabrakan dan berinteraksi lebih dan lebih. Ini berarti bahwa dengan meningkatnya suhu, reaksi enzim terjadi lebih cepat. Bahkan, peningkatan aktivitas enzim dan meningkatkan temperatur memiliki korelasi hampir linier. Fenomena ini terus berlanjut sampai suhu optimum tercapai untuk enzim. Pada suhu ini, reaksi enzim adalah berjalan secepat mungkin.
Ketika peningkatan suhu, enzim dan substrat bertabrakan dan berinteraksi lebih dan lebih. Ini berarti bahwa dengan meningkatnya suhu, reaksi enzim terjadi lebih cepat. Bahkan, peningkatan aktivitas enzim dan meningkatkan temperatur memiliki korelasi hampir linier. Fenomena ini terus berlanjut sampai suhu optimum tercapai untuk enzim. Pada suhu ini, reaksi enzim adalah berjalan secepat mungkin.
Warna akromatik enzim
adalah kombinasi antara warna yang gelap dan terang. Akromatik berasal dari
kata a adalah tidak dan chromatic adalah warna.contoh warna akromatik adalah
perpaduan yang mengutamakan warna hitam, putih, dan abu-abu.
Pada praktikum yang telah kelompok
kami lakukan yaitu uji enzim amylase melalui air ludah atau saliva yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap aktivitas enzim amylase pada air ludah (Saliva). Uji ini
dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan yang berbeda-beda, yang pertama
pada suhu normal (20-24°C), pada suhu Diatur (36-37°C) dan pada suhu >70°C.
Tabel 3.
No
|
Temperatur
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Normal
(20-24°C)
|
Tabung reaksi diisi tepung amilum sebanyak 5 mL
Didiamkan selama 5 menit, kemudian ditetesi saliva15 tetes dan benedict 2
tetes.
( 5 menit pertama)
|
Lugol
:
ungu (cukup pekat)
Benedict
:
Biru (cukup pekat)
|
|
Diamkan selama 5 menit
(5 menit kedua)
|
Lugol
:
Ungu
(pekat)
Benedict
:
Biru (cukup pekat)
|
|||
Kemudian teteskan kembali benedict 2 tetes dan lugol 2 tetes diamkan
selama 5 menit
(5 menit ke tiga )
|
Lugol
:
Ungu
(pekat)
Benedict
:
Biru (cukup pekat)
|
|||
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke
4
(5 menit ke empat)
|
Lugol
:
Ungu
(pudar)
Benedict
:
Biru (pudar)
|
|||
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke
5
(5 menit ke lima)
|
Lugol
:
Ungu
(pudar)
Benedict
:
Biru (pudar)
|
Pada
suhu normal 20-24o C, diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama
yang berisi campuran amilum dan air ludah (air saliva), dengan interval waktu 5
menit diberi 2 tetes reagen lugol.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari
warna putih pekat menjadi ungu cukup pekat,pada interval kedua terjadi
perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pekat, pada interval ketiga
terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu pekat, pada
interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi ungu
pudar, pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat
menjadi ungu pudar.(Setiap interval diberi 2 tetes reagen lugol).
Sedangkan pada tabung reaksi kedua
yang berisi campuran amilum dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes reagen
benedict.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat
menjadi biru cukup pekat, pada interval kedua terjadi perubahan warna dari
warna putih pekat menjadi biru cukup pekat, pada interval ketiga terjadi
perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval
keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup
pekat,pada interval pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat
menjadi biru pudar, .(Setiap interval diberi 2 tetes reagen benedict).
Pada suhu 20- 24°C, larutan amilum yang diberi air ludah (saliva) dan
larutan lugol berubah warna dari larutan yang berwana putih menjadi warna
ungu sebagian memunculkan warna ungu, dan adanya endapan yang tidak
terlalu pekat. Sedangkan larutan yang diberi larutan benedict berubah warna dari putih
menjadi biru, dan adanya endapan, hasil akhir ini yaitu tidak berubahnya warna
tetapi warna biru cukup pekat pada larutan ini memudar.
Tabel 4.
No
|
Temperatur
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Hasil
Pengamatan
|
2.
|
Diatur
(36-37 °C)
|
Tabung reaksi diisi tepung amilum sebanyak 5 mL
Didiamkan selama 10 menit, kemudian ditetesi saliva15
tetes dan benedict 2 tetes
dan lugol 2 tetes.
(menit pertama)
|
Lugol
:
Ungu
(pudar)
Benedict
:
Biru (cukup pekat)
|
|
Diamkan selama 5 menit
(Menit ke 2)
|
Lugol
:
ungu (pudar)
Benedict
:
Biru (cukup pekat)
|
|||
Kemudian teteskan kembali benedict 2 tetes dan diamkan
selama 5 menit
(menit
ke 3)
|
Lugol
:
Putih
achromatis (cukup pekat)
Benedict
:
Biru (cukup pekat)
|
|||
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke
4
(menit ke 4)
|
Lugol
:
Putih
achromatis (cukup pekat)
Benedict
:
Biru (cukup pekat)
|
|||
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke
5
(menit
ke 5)
|
Lugol
:
Putih
achromatis (cukup pekat)
Benedict
:
Biru
(pudar)
|
Pada
suhu diatur 36-37o C,diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama yang
berisi campuran amilum dan air ludah (saliva), dengan interval waktu 5
menit diberi 2 tetes reagen lugol.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari
warna putih pekat menjadi ungu pudar, pada interval kedua terjadi perubahan
warna dari warna putih pekat menjadi ungu pudar, pada interval ketiga terjadi
perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini
menandakan terjadinya peristiwa achromatois pada enzim dengan kata lain enzim
telah kehilangan fungsinya, pada interval keempat terjadi perubahan warna dari
warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya
peristiwa achromatois pada enzim dengan kata lain enzim telah kehilangan
fungsinya, pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat
menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya peristiwa achromatois
pada enzim dengan kata lain enzim telah kehilangan fungsinya.(Setiap interval
diberi 2 tetes reagen lugol).
Sedangkan
pada tabung reaksi kedua yang berisi campuran amilum dan air ludah (saliva), dengan interval waktu 5 menit diberi 2 tetes lugol.Pada interval
pertama terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup
pekat,pada interval kedua terjadi perubahan warna dari warna putih pekat
menjadi biru cukup pekat, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari
warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval keempat terjadi
perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru cukup pekat,pada interval
kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi biru pudar. .(Setiap
interval diberi 2 tetes reagen lugol).
Pada suhu 36-37°C, larutan amilum yang diberi air ludah (saliva) dan reagen lugol berubah warna dari larutan yang berwana putih menjadi warna
kuning dan sebagian memunculkan warna ungu, dan adanya endapan yang tidak
terlalu pekat. Setelah beberapa menit kemudian warna ungu pada larutan tersebut
hilang, berarti telah terjadi titik achromatis dimana enzim sudah tidak bekerja
lagi. Sedangkan larutan yang diberi larutan benedict berubah warna dari putih
menjadi biru, dan adanya endapan, hasil akhir ini yaitu tidak berubahnya warna
tetapi warna biru pada larutan ini memudar.
Tabel 5.
No
|
Temperatur
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Hasil
Pengamatan
|
3.
|
>70oC
Panas
|
Tabung reaksi diisi tepung amilum sebanyak 5 mL
Didiamkan selama 10 menit, kemudian ditetesi saliva15
tetes dan benedict 2 tetes
dan lugol 2 tetes.
(menit pertama)
|
Lugol
:
Putih
( cukup pekat)
Benedict
:
Putih (cukup pekat)
|
|
Diamkan selama 5 menit
(menit ke dua)
|
Lugol :
Putih (cukup pekat)
Benedict :
Kuning (cukup pekat)
|
|||
Kemudian teteskan kembali benedict 2 tetes dan diamkan
selama 5 menit
(menit ke tiga)
|
Lugol
:
Putih (cukup pekat)
Benedict
:
Kuning ( pekat
|
|||
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke
10
(menit ke empat)
|
Lugol
:
Putih
(pekat)
Benedict
:
Kuning
(pekat)
|
|||
Lakukan perlakuan berulang-ulang hingga 5 menit yang ke
5
(menit ke
lima)
|
Lugol :
Putih (pekat)
Benedict :
Kuning
(pekat)
|
Pada
suhu > 70oC diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama yang
berisi campuran amilum dan air ludah (air saliva), dengan interval waktu 5
menit diberi 2 tetes lugol.Pada interval pertama terjadi perubahan warna dari
warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya
proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian apoenzim, pada interval kedua
terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih cukup pekat hal
ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian
apoenzim, pada interval ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat
menjadi putih cukup pekat hal ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau
kerusakan enzim pada bagian apoenzim,pada interval keempat terjadi perubahan
warna dari warna putih pekat menjadi putih pekat hal ini menandakan terjadinya
proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian apoenzim, pada interval
kelima terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi putih pekat hal
ini menandakan terjadinya proses denaturasi atau kerusakan enzim pada bagian
apoenzim. (Setiap interval diberi 2 tetes lugol).
Sedangkan
pada suhu panas > 70oC diberi dua perlakuan tabung reaksi pertama
yang berisi campuran amilum dan air ludah (saliva), dengan interval waktu 5
menit diberi 2 tetes reagen benedict.Pada interval pertama terjadi perubahan warna
dari warna putih pekat menjadi kuning pudar,pada interval kedua terjadi
perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning pekat, pada interval
ketiga terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning pekat, pada
interval keempat terjadi perubahan warna dari warna putih pekat menjadi kuning
sangat pekat, pada interval kelima terjadi perubahan warna dari warna putih
pekat menjadi kuning sangat pekat. .(Setiap interval diberi 2 tetes reagen benedict).
Pada suhu >70°C, cairan tidak mengalami
perubahan warna pada larutan yang diberi reagen lugol hal ini disebabkan karena
ezim telah terdenaturasi sehingga tidak terjadi reaksi kimia. Komponen
protein penyusun enzim akan sangat menentukan sifat enzim. Salah satu sifat
dari protein adalah tidak tahan terhadap panas (termolabil). Apoenzim bersifat
termolabil. Oleh karena itu, enzim akan rusak jika terkena panas atau suhu yang
tinggi. Kerusakan enzim akibat suhu tersebut dinamakan denaturasi. Pada suhu di
atas 50 °C enzim akan mengalami
denaturasi. Enzim yang telah rusak menyebabkan aktivitas atau fungsi enzim
hilang. Denaturasi bersifat irreversibel. Walaupun suhunya diturunkan atau
dinormalkan, enzim yang rusak tidak akan dapat berfungsi kembali.
Pada
uji benedict larutan berubah warna dari lapisan atas berwarna kuning pekat dan
lapisan bawah berwarna hijau awalnya, selanjutnya menguning dan terdapat
gumpalan yang berwarna coklat seperti yang terlihat pada gambar di data hasil
pengamatan. Pada salah satu referensi dijelaskan pula bahwa pada uji
benedict warna tidak begitu memperlihatkan perubahan namun ditemukan butiran-butiran
putih dari menit ke menit pada setiap suhu, maka hal ini sesuai dengan teori
bahwa ini menandakan adanya proses hidrolisis maltosa menjadi dua molekul
glukosa. Proses pemanasan mempercepat hidrolisis maltosa menjadi glukosa.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pada
percobaan aktivitas enzim amilase yang diberi 2 tetes lugol dan 2 tetes
benedict setiap 5x5 menit (setiap 5 menit di tetesi lugol dan benedict) dan
diberikan tiga perlakuan yaitu pada suhu kamar (20ÂşC-24ÂşC), suhu normal tubuh
(36ÂşC-37ÂşC) dan suhu lebih dari 70ÂşC dapat disimpulkan bahwa temperatur
berpengaruh pada aktivitas kerja enzim amilase. Pada saliva yang di tetesi benedict tidak
terjadi akromatis di semua perlakuan selama 5x5 menit. Sedangkan pada larutan yang ditetesi lugol terjadi perubahan warna. Pengaruh yang terjadi di
tunjukan dengan adanya peristiwa akromatis warna antara lain :
1.
Suhu (20ÂşC-24ÂşC)
|
:
|
aktivitas
kerja enzim berada pada kondisi tidak optimal atau berkurang, ditandai dengan
tidak terjadinya akromatis pada saliva yang ditetesi lugol. Sedangkan pada saliva yang ditetesi reagen benedict tidak terjadi peristiwa akromatis
|
2.
Suhu (36ÂşC-37ÂşC)
|
:
|
aktivitas
kerja enzim berada pada kondisi optimal, ditandai dengan terjadinya akromatis
pada saliva yang di tetesi lugol di 5 menit ke tiga.Sedangkan pada saliva yang ditetesi reagen benedict tidak terjadi peristiwa akromatis
|
3.
Suhu > 70ÂşC
|
:
|
aktivitas
kerja enzim tidak optimal atau rusak, ditandai dengan terjadinya denaturasi
pada saliva yang di tetesi lugol di menit pertama.Sedangkan pada saliva yang ditetesi reagen benedict tidak terjadi peristiwa akromatis
|
2. Saran
Dalam kegiatan praktikum
selanjutnya diharapkan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dan ditunjang
dengan peralatan yang lengkap demi optimalnya kegiatan praktikum yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
DosenBiologi.com.2015.5
Fungsi Enzim Amilase.Alamat Website :https://dosenbiologi.com/manusia/fungsi-enzim-amilase.8
November 2017
Aha BlogWeb. Biologi.com.2016.Pengertian,Fungsi,Karakteristik,Struktur,danMacam-macam
Enzim.Alamat Website :http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Fungsi-Karakteristik-Struktur-dan-Macam-Macam-Enzim-adalah.html.8
November 2017
eBiologi.com.2016.Cara
Kerja Enzim Menurut Teori Lock and Key dan Induced Fit.Aalamat Website :http://www.ebiologi.com/2016/01/cara-kerja-enzim-menurut-teori-lock-and.html.8
November 2017
rhizaamaliafanaidie.2015.Enzim
Amilase.Alamat Website :http://rhizaamaliafanaidie..com/2015/10/enzim-amilase.html?m=1.8 November 2017
Sridanti.Com.2013.Pengaruh
Suhu Pada Aktivitas Enzim.Alamat Website :http://www.sridianti.com/pengaruh-suhu-pada-aktivitas-enzim.html.8 November 2017
LAMPIRAN
a. Lampiran Video
Video 1 .
Video 2.
Video 3.
b. Lampiran Gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar